Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Kekayaan Yang Menggali Kubur Kami: Pekik Jelata Dibalik Gebyar Galian C



Peringatan : Tulisan tidak ditujukan untuk tambang ilegal Galian C di Kabupaten Kendal, namun jika pembaca mengira ‘iya’ hal tersebut bukanlah maksud dari penulis. Sebab tak mungkin Kabupaten yang Pemerintahnya bersih sampai hilir tega membiarkan warganya mengerang kesakitan berkepanjangan oleh hal sepele seperti tambang Galian C. Tulisan sepenuhnya hanya karya fiktif tentang sebuah Kabupaten yang tega membiarkan bara dendam menganga didada warganya.

Tambang Tambeng Timbang
Di Walaria, Kendalisada jalan tak lagi sunyi sebab truk pengangkut galian C asyik berlenggak-lenggok laksana penaridi megahnya panggung pertambangan. Terhitung sejak 2022, tujuh tambang ilegal mengeruk perut bumi tanpa belas kasih. Alat berat meraung, tanah menganga, dan warga hanya bisa melihat dari jendela rumah yang retak seraya mengaduh, “Tuhan nafasku pengap, udaranya bau debu”.

Rasanya baru kemarin, penguasa ikut menulis takdir warga mereka (warga Walaria) danCamat turut menyaksikan tanah yang dulu subur kini berubah menjadi ladang duka.

Duka yang semestinya tak mungkin terjadi di tanah yang kaya, namun duka itu memang ada dan menggerayangi mereka. Gaung jargonkemajuan desabujuk rayu ganti rugisempat menggema dibalik meja penguasa, tapi rasanya kini makin hilang digilas roda truk keserakahan.

Tambeng (keras kepala untuk konotasi negatif),satu kata yang rasanya layak disematkan ke penguasa serakah. Jerit warung yang kian sepi, jalan yang makin berlubang, jendela rumah yang retak terus menjalar, dan berjejer tua-mudayang mulai berkunjung ke balai pengobatan sepertinya belum cukup mampu untuk mengetuk nurani penguasa.

Andai mereka mati, mereka tidak mati karena miskin, mereka mati karena tidak dianggap ada”

Andai dianggap ada, tentu harusnya pekik suara mereka akan didengar bukan diabaikan. Lihatlah hukum yang harusnya dapat berperan sebagai timbangan yang adil, tetapi berat sebelah untuk penguasa. Sungguh ironi, figur yang harusnya menjalankan mandat dari rakyat malah melecehkan hukum dengan kelakuan hewan.

Ekologi Ekonomi Ekosistem
Galian C, dua kata sederhana yang mampu menjungkir balikan kekayaan menjadi liang kubur. Memiliki kekayaan alam yang kaya semestinya membawa berkah, tapi karena keserakahan penguasa, kini yang tersisa hanya ladang duka. Secara ekologis, galian C berpotensi menyebabkan nestapa beruntun. Mulai dari :
  1. Erosi (pengikisan tanah) Erosi yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan lingkungan akut jika tidak diiringi dengan reklamasi lahan, perpindahan material tanah secara paksa menyebabkan beberapa sektor berpotensi mengalami dampak serius antara lain: Sedimentasi sungai (pendangkalan), Kerusakan lahan Banjir dan tanah longsor serta Penurunan kesuburan tanah.
  2. Longsor dan banjir, Dampak lanjut dari erosi adalah tanah longsor dan banjir, menghilangnya vegetasi yang mengikat tanah berpotensi menjadikan permukaan tanah menjadi lebih mudah terkikis oleh guyuran hujan. Selain itu dengan menghilangnya vegetasi lahan, wilayah kantung air (serapan air) pun turut menghilang. Meskipun terdengar sederhana namun menyimpan multipleeffect yang mengerikan. Banjir disertai longsor akan senantiasa mengintai di setiap musim hujan. Tinggal menunggu waktu saja sebelum terjadi bencana tersebut. 
  3. Pencemaran lingkungan, Buruknya kualitas udara memiliki risiko terjangkit infeksi paru-paru (efek debu). Selain bayang-bayang infeksi paru-paru dampak lain yang menyusul adalah rusaknya kemurnian sumber air sekitar (disebabkan guguran material tanah).
Genderang duka penutupan UMKM warga kian dekat menyapa, beberapa UMKM siap siaga untuk macet lantaran fasilitas umum yang rusak (jalan berlubang) dan pekat keruhnya udara semerbak siap menusuk mata dan paru-paru kapan saja. Ekonomi jelata memekik, bahkan untuk berdikari di rumah sendiri pun rasanya dilarang. Ruang perekonomian semakin menyempit, penghilangan hutan secara paksa memaksa mereka (warga Walaria) hilang kesempatan untuk memiliki hubungan yang baik dengan alam (potensi memanfaatkan kekayaan alam sebagai alternatif perekonomian).

Alam dan ekosistemnya merintih, kekayaan fauna dan hayati turut tertelan keserakahan penguasa. Bahkan terkadang penulis heran, apakah penguasa hanya hidup untuk hari ini seolah anak cucunya tidak membutuhkan alam beserta isinya.

Penutup
Jika kebetulan dari pembaca tulisan ini ada yang bekerja sebagai pejabat namun buta mata hatinya, ingin sekali rasanya penulis menoyor kepalanya seraya berkata : pangapuntensanget, panjengan kok kadossegawon(upntuk kali ini penulis tidak akan menerjemahkan artinya). YTT saja heuheuheuheu

Kontributor: Danang Afi
Editor: Irsyad Akil


Posting Komentar

0 Komentar